Jumat, 12 November 2010

cerpen: hanya sahabat

“Karin!” panggil Vino, sahabatku selama tiga tahun belakangan ini. Aku berbalik dan dia menghampiriku. “Gimana kencan sama Hari kemaren?”
“Kacau, ternyata dia narsis banget! Males banget deh sama cowo kaya gitu.”
“Hahaha, ternyata emang Cuma gw yang bisa bener-bener bikin lo jatuh cinta.”
“Iya! Sayang lo udah punya pacar.” Kataku sambil tertawa
Lalu perjalanan kami sampai ke kelas diisi percakapan seru tentang apapun, kami selalu ada topik pembicaran. Vino sungguh lelaki sempurna dimataku, dia tampan dan pintar juga jago olahraga. Selera humornya bagus dan sangat mengerti aku.
Aku benar-benar menyukainya, bahkan awal persahabatan kami karena aku menyatakan rasa sukaku pada-nya, tentu saja ia menolakku saat itu dan sejak itu kami mulai dekat dan bahkan sampai bersahabat.
Aku duduk di tempat dudukku dan Vino duduk di tempat duduknya, yaitu di sebelahku. “Gw ke kantin dulu ya, mau nitip apa sayang?” tanyanya sambil bercanda
“Nitip air putih aja, thanks honey” jawabku sambil tersenyum. Vino berlalu dan Tara, sahabatku yang lain menghampiriku.
“Ckckck, kenapa sih lo bedua nggak jadian aja?”
“Gw cuma sahabatnya Tar, nggak lebih.”
“Gini ya Rin, lo itu udah sering ngedate ma dia, lo bedua deket banget dan tau sifat masing-masing, lo juga udah kaya anak kembar yang kemana-kemana bedua, seluruh sekolah juga tau kalo elo itu punya dia dan dia punya lo.”
Aku tertawa. “Engak Tar, jujur gw emang suka sama dia, tapi dia enggak suka sama gw.”
“Ga suka sama lo?” tanya Tara bingung. “Tapi dia tuh care banget sama lo Rin dan gw pikir dia juga sama lo”
“Lo salah Tar, dia suka sama gw hanya sebagai sahabat, lagipula dia udah punya pacar yang nggak bisa gw saingin.”
“Nggak bisa lo saiangin gimana? Lo cantik Rin, badan lo juga bagus kok, emangnya siapa sih pacarnya?”
“Pacarnya seorang model Tar”
Tara baru saja ingin membuka mulutnya untuk bertanya siapa pacarya itu namun Vino sudah kembali dari kantin. “Sedang ngobrol apa nih? Kayanya seru.”
“Ada deehhh” jawab Tara lalu beranjak dari tempat duduk Vino dan Vinopun duduk. “Nih Air putihnya.”
“Makasih”
Aku memperhatikan wajah laki-laki di sebelahku ini, sungguh tampan, kulitnya putih dan berhidung mancung, rambutnya juga halus dan badannya tinggi. Vino mengambil ponselnya dan mendapati ponselnya tidak ada pesan ataupun panggilan tak terjawab. Vino mengehela napas panjang.
“Kenapa Vin?”
“Udah tiga hari dia enggak ngehubungi gw, padahal gw sms tapi enggak di bales, gw telpon tapi enggak dijawab”
“Mungkin dia lagi sibuk kali, dia lagi ada di Singapura khan? Tunggu aja”
“Tapi enggak biasanya dia kaya gini.”
“Percaya sama gw, dia pasti ngehubungi lo cepat atau lambat”
“Moga-moga aja begitu”
“Pasti begitu, gw tahu Toni kok, dia sayang sama lo, jadi tunggu aja ya”
“Oke..” kata Vino akhirnya sambil membuka buku fisika karena pelajaran akan segera dimulai.

Tidak ada komentar: