Jumat, 12 November 2010

cerpen : Pagi penuh perjuangan.

Waktu menunjukan pukul setengah tujuh pagi, namun Anggi masih saja terlelap tidur dibalik selimutnya. Walaupun alarm handphone sudah berbunyi tiga kali tetap saja ia enggan untuk bangun.
Saat matanya terbuka dan melihat ke arah jam, kontan Anggie langsung berteriak.
“ARRRGGHHH!!!!! Gila! Telat gw!”
Anggi langsung menuju kamar mandi, mencuci muka dan sikat gigi. Tanpa mandi ia langsung memakai seragam dan minyak wangi. Dengan asal saja mengambil buku pelajaran yang ada di meja belajar dan langsung turun dari kamar menuju ruang makan.
Dilihatnya meja makan yang masih kosong.
“MAA!!! Sarapannya mana??”
“Lho?? Kamu sekolah hari ini? Mama kira libur, jadinya mama nggak bikin sarapan buat kamu, khan biasanya kamu bangun siang” kata mama dari halaman sambil menyiram bunga.
“Aduuuhh! Gimana nih?”
Dilihatnya sekali lagi jam dinding, 15 menit lagi gerbang sekolahnya akan di tutup. Asal saja dia memakai kaos kaki dan sepatu seadanya, yang ada di depannya ia pakai. Sembil setengah berlari ia memanggil taksi yang lalu-lalang di jalan raya di depan gang rumahnya. Namun tak satupun berhenti. Dalam benak Anggi satu menit bagaikan 1 jam. Keringat mengalir di pelipisnya. Akhirnya ada juga taksi yang berhenti.
“SMA 81 Pak! Cepet ya, ngebut!” katanya seraya masuk ke dalam taksi
“Kemana neng?”
“SMA 81 Pak!”
“Oh iya-iya”
Anggi menghela napas panjang, gw pasti nyampe tepat waktu, pikirnya. Namun tak lama Anggi dapat menikmati dinginnya AC, karena jalanan di depannya macet. Dia berpikir keras bagaimana caranya ia sampai tepat waktu. Dilihatnya pangkalan ojek di ujung jalan.
“Saya turun sini Pak, nih uangnya” kata Anggi langsng melesat menuju pangkalan ojek.
Ia sangat bersemangat karena bila dengan ojek, pasti ia akan sampai walalupun jalan di depan macet. Tapi yang tersisa hanyalah motor tua dengan pengendara yang tak kalah tuanya.
“Ojek Neng?” tanya pak tua
“Iya Pak, ke sma 81 ya!”
“Beres”
Motor itu berjalan amat pelan dan tak berani untuk menyalip.
“Bisa lebih cepet nggak Pak?”
“Segini paling cepet Neng, entar malah mogok lagi”
Dengan amarah sudah sampai ubun-ubun dia menyuruh Pak Tua itu untuk bertukar tempat dengannya. Saat stang motor sudah dalam genggamannya, langsung saja ia tancap gas tanpa memikirkan perasaan orang yang duduk di belakangnya. Anggi berbelok ke kana dan ke kiri menghindari mobil-mobil, akhirnya ia berhenti saat lampu merah.
“Nggak keburu nih kalo nunggu lampu merah, tancap aja ya Pak!” sahutnya sambil menerobos lampu merah tanpa ia sadari ada polisi yang melihat mereka.
“Duh Neng, ada polisi ngejar kita Neng!”
Merasa terpojok akhirnya Anggi ngebut sekencang-kencangnya. Tinggal beberapa belokan lagi ia akan sampai ke depan sekolahnya. Namun apa daya, motor yang dia pakai tiba-tiba menurun kecepatannya lalu berhenti dan mogok! Dengan perasaan takut telat dan polisi yang mengejar mereka tanpa pikir panjang Angi langsung memberikan uang lima puluh ribu kepada Pak Tua itu dan langsung berlari.
“Urusan polisi itu bapak yang urus yaaa! Makasih ya Pak! DAGH!!!” teriaknya
Pak Tua itupun tak mampu lagi menghindar dari si polisi. Dengan segenap tekad dan kemapuan, Anggi berlari secepat yang ia mampu. Satu belokan…dua belokan…tiga belokan. Tinggal satu tikungan lagi ia akan sampai di sekolahnya. Tiga menit lagi ia masuk. Anggi berhenti sebentar mengambil napas. Tanpa disadari ia berdiri di samping genangan air dan pada saat mobil lewat, ia-pun terguyur oleh cipratan genangan air tersebut. Seluruh tubuhnya basah. Namun waktu tetap berlalu. Anggi akhirnya mengalah dan memutuskan untuk berlari daripada memaki pengendara mobil tersebut.
Belokan terakhir sudah terlewati, pintu gerbang sudah terlihat. Dua menit lagi.. Anggi terus berlari walaupu kakinya amat sakit. Satu menit lagi…walalu dengan baju basah kuyup ia tetap berlari. 40 detik…sepatunya terasa amat menyiksa kakinya. 10detik lagi…dan sampai lah dia di dalam sekolah.
“SAMPEEE!!!!!!” teriaknya puas
Dilihatnya jam, pas sekali pukul tujuh. Namun keadaan sekolah masih sepi, bahkan terlalu sepi.
“Kok dateng ke sekolah Non?” Tanya Pak Imron, satpam sekolah
“Hah?” tanya Anggi yang terengah-engah
“Saya tanya, kok Non dateng ke sekolah? Sekarang khan sekolah libur Non!”
Anggi langsung jatuh terduduk di tempatnya berdiri. Terbayang semua perjuangannya untuk sampai di sekolah yang—yang ternyata libur!
“AAARRRRRRGGGGHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!”

Tidak ada komentar: